BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, kita
sering berhadapan atau menjumpai berbagai hal atau keadaan, objek-objek,
benda-benda, peristiwa-peristiwa dan lain sebagainya. Kita menyaksikan segala
hal yang ada di sekitar kita sehingga kita menjadi tahu dan mengetahui tentang
seluk beluk hal tersebut. Segala hal ihwal yang ada di sekitar kita menjadi
informasi atau pengetahuan dan bahan menjadi bagian dari pengalaman hidup kita.
Begitupun dengan penelitian. Untuk mencari dan menemukan jawaban yang tepat dan
sesuai, maka kita perlu mencarikan datanya. Data tersebut selanjutnya kita
analisis, dan berdasarkan hasilnya analisis data itulah kita uji hipotesis yang
telah diajukan.
Penelitian pada hakikatnya merupakan
sebuah upaya untuk memprediksi, menemukan, atau memverifikasi kebenaran.
Agar tujuan tersebut dapat dicapai, setiap penelitian harus menggunakan
pendekatan yang tepat, karena pendekatan yang digunakan dalam sebuah penelitian
sangat menentukan keseluruhan langkah penelitian tersebut. Sehubungan dengan
itu, sejak awal pelaksanaannya pendekatan setiap penelitian sudah harus
ditentukan dengan jelas. Penentuan pendekatan yang akan digunakan sangat
tergantung pada paradigma yang dianut peneliti. Makalah ini membahas
konsep-konsep tentang paradigma penelitian sebagai landasan untuk memahami dua
jenis pendekatan penelitian: kuantitatif dan kualitatif. Pembahasan diawali
dengan mengetahui definisi penelitian, tujuan penelitian, jenis-jenis
penelitian, mengemukakan beberapa definisi paradigm, dan menjelaskan tentang
penelitian eksperimen.
B. Rumusan
Masalah
Adapun tumusan masalahnya adalah
sebagai berikut:
1.
Apa
definisi penelitian?
2.
Apa
saja jenis penelitian?
3.
Apa
yang dimaksud dengan paradigma penelitian?
4.
Apa
yang dimaksud dengan penelitian eksperimen?
C. Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan
makalah ini antara lain adalah:
1.
Untuk
mengetahui pengertian penelitian
2.
Untuk
mengetahui apa saja jenis penelitian
3.
Untuk
mengetahui dan memahami tentang paradigm penelitian
4.
Untuk
memahami penelitian eksperimen
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Penelitian
Menurut
Sugiyono (2013:2) penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Penelitian adalah upaya pemecahan masalah
yang dilakukan dengan metode ilmiah. Jadi tidak akan ada penelitian tanpa
adanya masalah. Banyak pakar penelitian mengatakan bahwa "Jika ingin
melakukan penelitian, temukan masalah terlebih dahulu. Karena dengan masalah
50% penelitian tersebut telah selesai". Dari pernyataan tersebut dapat
diartikan masalah merupakan awal dari penelitian dan hal vital untuk
penelitian. Setelah ditemukan masalah, selanjutnya dengan metodologi
penelitian, masalah tersebut akan mudah diselesaikan.
Menurut
Soekanto (www.gurupendidikan.com) penelitian adalah suatu kegitan
ilmiah yang didasarkan kepada suatu analisis serta konstruksi yang dilakukan
dengan secara sistematis, metodologis, dan juga konsisten serta bertujuan untuk
dapat mengungkapkan kebenaran ialah sebagai salah satu manifestasi keinginan
manusia untuk dapat mengetahui mengenai apa yang sdang dihadapinya.
Sedangkan
menurut Parson (www.gurupendidikan.com) penelitian adalah sesuatu
pencarian dari segala sesuatu yang dilakukan dengan sistematis, yang dengan
penekanan bahwa pencariannya itu dilakukan pada suatu masalah-masalah yang bisa
dipecahkan dengan penelitian.
Berdasarkan
definisi diatas, maka dapat disimpulakan bahwa penelitian adalah cara mendapatkan
data yang dilakukan secara sistematis yang bertujuan untuk mengungkapkan
kebenaran.
B. Paradigma
Penelitian
Penyelesaian masalah penelitian pada
tahap awal ditentukan paradigma dari peneliti. Paradigma merupakan suatu cara
pandang, cara memahami, cara menginterpretasi, suatu kerangka berfikir, dasar
keyakinan yang memberikan arahan pada tindakan. Dalam penyelesaian masalah,
peneliti diharuskan melihat dari sudut pandang yang mampu dilakukan oleh
peneliti tersebut.
Menurut Harmon (dalam Moleong, 2004:
49), paradigma adalah cara mendasar untuk mempersepsi, berpikir, menilai dan
melakukan yang berkaitan dengan sesuatu secara khusus tentang realitas. Bogdan
& Biklen (dalam Mackenzie & Knipe, 2006) menyatakan bahwa paradigma
adalah kumpulan longgar dari sejumlah asumsi, konsep, atau proposisi yang
berhubungan secara logis, yang mengarahkan cara berpikir dan penelitian.
Sedangkan Baker (dalam Moleong, 2004: 49) mendefinisikan paradigma sebagai
seperangkat aturan yang (1) membangun atau mendefinisikan batas-batas;
dan (2) menjelaskan bagaimana sesuatu harus dilakukan dalam batas-batas itu
agar berhasil. Cohenn & Manion (dalam Mackenzie & Knipe, 2006)
membatasi paradigma sebagai tujuan atau motif filsofis pelaksanaan suatu
penelitian. Berdasarkan definisi definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa
paradigma merupakan seperangkat konsep, keyakinan, asumsi, nilai, metode,
atau aturan yang membentuk kerangka kerja pelaksanaan sebuah penelitian.
Berdasarkan paradigma yang dianutnya, seorang peneliti akan
menggunakan salah satu dari tiga pendekatan yang diajukan Creswell (dalam
Emzir, 2008: 9), yaitu: kuantitatif, kualitatif, dan metode gabungan. Menurut
Emzir (2008: 9) perbedaan perbedaan yang terdapat dalam ketiga pendekatan ini
dapat ditinjau melalui tiga elemen kerangka kerja, yaitu asumsi-asumsi
psikologis tentang pembentuk tuntutan pengetahuan (knowledge claim), prosedur umum penelitian (strategies of inquiry) dan prosedur
penjaringan dan analisis data serta pelaporan (research method). Creswell (dalam Emzir, 2008: 9) menggambarkan
bagaimana ketiga elemen tersebut berpadu membentuk ketiga pendekatan penelitian
pada gambar berikut.
Paradigma penelitian ada 2 macam, yaitu paradigma
positivistik (ilmu didasarkan pada hukum-hukum & prosedur-prosedur yang
baku) dan paradigma interpretif (setiap gejala bisa jadi memiliki makna yang
berbeda). Paradigma positivistik akan melahirkan pendekatan kuantitatif (data
berupa angka atau data diangkakan), sedangkan paradigma interpretif akan
melahirkan pendekatan kualitatif (data berupa kata-kata).
C. Jenis
Penelitian
Jenis-jenis penelitian secara unmum
terbagi atas dua, yakni penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif.
Dimana kedua jenis penelitian tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 2.1
C.1. Penelitian Kuantitatif
Landasan berpikir
pendekatan kuantitatif adalah filsafat positivisme yang pertama kali
diperkenalkan oleh Emile Durkhim (1964). Pandangan filsafat positivisme adalah
bahwa tindakan-tindakan manusia terwujud dalam gejala-gejala sosial yang
disebut fakta-fakta sosial. Fakta-fakta sosial tersebut harus dipelajari secara
objektif, yaitu dengan memandangnya sebagai “benda,” seperti benda dalam ilmu
pengetahuan alam. Caranya dengan melakukan observasi atau mengamati fakta
sosial untuk melihat kecenderungan-kecenderungannya, menghubungkan dengan
fakta-fakta sosial lainnya, dengan demikian kecenderungan-kecenderungan suatu
fakta sosial tersebut dapat diidentifikasi. Penggunaan data kuantitatif
diperlukan dalam analisis yang dapat dipertanggungjawabkan kesahihannya demi
tercapainya ketepatan data dan ketepatan penggunaan model hubungan variabel
bebas dan variabel tergantung (Suparlan, 1997).
Penelitian
kuantitatif umumnya merupakan penelitian yang memiliki jumlah dalam
penelitiannya. Banyak, sedikit atau besar, kecil yang dijabarkan dalam bentuk
angka-angka yang merupakan bagian utama dari sebuah penelitian kuantitatif.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perkembangan atau segala hal tentang
fenomena yang terjadi pada alam. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
biasanya menggunakan metode seperti wawancara, survey, mengisi kuisioner, dan
sebagainya.
Penelitian
kuantitatif tebagi dua yakni penelitian eksperimen dan non-eksperimen. Dalam
penelitian eksperimen, ada banyak jenis penelitian, diantaranya adalah
penelitian eksperimen murni, penelitian eksperimen semu, dan penelitian tindak
kaji (action research). Peneltian eksperimen murni adalah penelitian yang
dicirikan 4 hal, yaitu adanya perlakuan, adanya kelompok kontrol, adanya ukuran
keberhasilan, dan random sampling (pengambilan sampel secara acak). Penelitian
eksperimen semu merupakan penelitian eksperimen yang tidak dapat memenuhi
keempat ciri (di eksperimen murni), dengan kata lain salah satu ciri yang ada
di penelitian eksperimen murni tidak dapat dilakukan. Penelitian tindak kaji
(action research) adalah penelitian yang proses penelitiannya bersiklus dengan
tujuan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran di kelas secara berkelanjutan.
Yang dimaksud bersiklus adalah penelitian tidak akan berhenti sampai terjadi
perbaikan kualitas (tujuan penelitian tercapai).
Penelitian non-eksperimen merupakan
penelitian yang dalam proses penelitiannya tidak ada perlakuan. Penelitian
non-eksperimen terbagi menjadi banyak jenis penelitian, akan tetapi yang paling
sering dilakukan adalah jenis penelitian deskriptif, jenis penelitian survei,
jenis penelitian korelasi, dan jenis penelitian komparasi. Jenis penelitian
deskripsi adalah penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan gejala, fenomena
atau peristiwa. Jenis penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel
dari populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Jenis
penelitian korelasi adalah penelitian yang menghubungkan satu/lebih variabel
bebas dengan satu variabel terikat tanpa ada upaya untuk mempengaruhi. Dan
jenis penelitian komparasi adalah penelitian yang membandingkan satu kelompok
sampel dengan kelompok sampel lainnya berdasarkan variabel/ukuran tertentu.
C.2. Penelitian Kualitatif
Menurut
Setyosari (2010:37) penelitian kualitatif menganut pandangan post-positivistik
yang didasari dengan asumsi bahwa hal yang utama tentang fenomena sosial
dikonstruksi sebagai interpretasi oleh individu-individu dan interpretasi
tersebut cenderung bersifat tidak tetap dan situasional.
Penelitian
kualitatif dilakukan untuk memahami suatu fenomena secara mendalam dengan
peneliti sebagai instrumen utama. Metode pengumpulan data dengan menggunakan
pengamatan (observasi) dan wawancara. Penelitian kualitatif menuntut peneliti
sebagai instrumen utama penelitian, hal ini bermakna bahwa peneliti harus
cerdas dalam menafsirkan, mengartikan, memaknai dan menginterpretasikan data
yang didapatkan menjadi sebuah jawaban penelitian (penyelesaian masalah).
C.3. Perbedaan Penelitian Kuantitatif dan Penelitian
Kualitatif
Perbedaan
antara penelitian kuantitatif dan kualitatif menurut Setyosari (2013: 38) dapat
dilihat dari tabel berikut:
Penelitian Kuantitatif
|
Penelitian Kualitatif
|
Menganggap sebuah realitas sosial secara
objektif
|
Menganggap sebuah realitas sosial
dikonstruksi oleh partisipan yang terlibat didalamnya
|
Menganggap realitas sosial itu relative
tetap terhadap waktu dan tempat
|
Menganggap realitas sosial dapat berubah
sewaktu-waktu
|
Memandang hubungan sebab akibat antar
fenomena sosial dari perspektif mekanistik
|
Menentukan manusia sebagai peran utama dalam
hubungan sebab akibat fenomena sosial
|
Bertindak objektif
|
Terlibat dalam kancah penelitian
|
Penelitian Kuantitatif
|
Penelitian Kualitatif
|
Mengkaji populasi yang merepresentasikan populasi
|
Mengkaji kasus-kasus
|
Mengkaji perilaku dan fenomena yang dapat
diamati
|
Mengkaji makna dibalik perilaku dan fenomena
internal
|
Mengkaji perilaku manusia secara alami atau
dirancang
|
Mengkaji tidak manusia dalam situasi alami
|
Menganalisis realita sosial dalam bentuk
variabel
|
Melalukan pengamatan secara menyeluruh
|
Menggunakan konsep dan teori yang terbentuk
sebelumnya
|
Menemukan konsep dan teori setelah data
dikumpulkan
|
Menghasilakan data numerical untuk
menyajikan lingkungan sosial
|
Menghasilakan data verbal dan gambar untuk
merepresentasikan lingkungan sosial
|
Menggunakan metode statistic
|
Menggunakan induksi analitis untuk
menganalisis data
|
Menggunakan prosedur inferensial untuk
menggeneralisasikan temuan-temuan dari satu sampel kepada populasi
|
Menggeneralisasi temuan-temuan kasus dengan
mencari kasus-kasus lain yang sama
|
Menyajikan laporan bersifat objektif tentang
hasil penelitian
|
Menyajikan laporan bersifat interpretative
yang dibangun dari pandangan peneliti terhadap data dan sadar bahwa pembaca
akan membangun konstruksi mereka sendiri dari hasil laporan tersebut
|
Tabel 2.1
D. Penelitian
Eksperimen
D.1. Pengertian Eksperimen
Metode eksperimen ditujukan untuk
meneliti hubungan sebab akibat dengan memanipulasikan satu atau lebih variabel
pada satu (atau lebih) kelompok eksperimental, dan membandingkan hasilnya
dengan kelompok kontrol yang tidak mengalami manipulasi. Manipulasi berarti
mengubah secara sistematis sifat-sifat (nilai-nilai) variabel bebas. Setelah
dimanipulasikan, variabel bebas itu biasanya disebut garapan (treatment).
Menurut Cohen Dkk (Setyosari. 2013:
41) dalam penelitian eksperimen peneliti memberikan perlakuan kepada subjek,
sekelompok subjek, atau partisipan atau kondisi, alat dan bahan tertentu untuk
menentukan apakah perlakuan tersebut memiliki dampak atau pengaruh pada
variabel atau faktor hasil tertentu. Dalam dunia pendidikan, penelitian
ekperimen murni dilakukan terhadap sekelompok subjek yang dipilih secara acak.
Pemikirab subjek secara acak merupakan salah satu unsure penting dalam penelitian eksperimen.
D.2. Tujuan Penelitian Eksperimen
Tujuan dari penelitian eksperimental
adalah untuk menyelidiki ada-tidaknya hubungan sebab akibat serta berapa besar
hubungan sebab akibat tersebut dengan cara memberikan perlakuan-perlakuan
tertentu pada beberapa kelompok eksperimental dan menyediakan kontrol untuk
perbandingan. Penelitian eksperimental dapat mengubah teori-teori yang telah
usang. Percobaan-percobaan dilakukan untuk menguji hipotesa serta untuk
menemukan hubungan-hubungan kausal yang baru. Tetapi, walaupun hipotesa telah
diuji dengan metode percobaan, tetapi penerimaan itu atau penolakan hipotesa
bukanlah merupakan penemuan suatu kebenaran yang mutlak. Eksperimentasi atau
percobaan bukanlah merupakan titik akhir atau tujuan yang diinginkan dalam
penelitian. Eksperimen hanya merupakan suatu cara untuk mencapai tujuan. Karena
itu, maka seringkali ada kritik-kritik terhadap metode eksperimen karena
interpretasi yang salah dari hasil percobaan, atau karena salahnya asumsi yang
digunakan ataupun karena desain eksperimen yang kurang sempurna.
D.3. Langkah-langkah Eksperimen
Kempthorne (1962) memberikan
langkah-langkah dalam merencanakan eksperimen sebagai berikut:
- Rumusan
permasalahan.
- Formulasikan
hipotesa.
- Pengaturan teknik serta desain eksperimen.
Penyelidikan atas
kemungkinan-kemungkinan hasil yang diperoleh dari percobaan dan menghubungkan
kembali kepada alasan-alasan mengapa percobaan harus dilakukan. Hal ini
diperlukan untuk meyakinkan bahwa eksperimen-eksperimen yang akan dilakukan
benar-benar akan memberikan keterangan-keterangan yang dikehendaki.
Memberikan pertimbangan-pertimbangan
terhadap teknik dan prosedur statistik yang akan digunakan untuk meyakinkan
bahwa kondisi yang diperlukan untuk menggunakan teknik di atas cukup valid dan
dapat dipertanggungjawabkan.
- Laksanakan
percobaan.
- Aplikasikan
teknik statistik tehadap eksperimen tersebut.
Tarik kesimpulan dari
estimasi-estimasi yang diperoleh serta dari tiap kuantitas yang diperoleh serta
dari tiap kuantitas yang dievaluasikan dengan ukuran-ukuran reliabilitas yang
lazim digunakan. Pertimbangan secara hati-hati validitas dari kesimpulan serta
pada populasi mana kesimpulan tersebut ingin diinferensikan.
Berikan evaluasi terhadap seluruh
penelitian dan bandingkan dengan eksperimen-eksperimen lain yang telah
dilakukan dengan masalah yang serupa atau hampir serupa.
D.4. Desain Eksperimen
Desain eksperimen adalah step-step
atau langkah yang utuh dan berurutan yang dibuat lebih dahulu sehingga
keterangan yang ingin diperoleh dari eksperimen akan mempunyai hubungan yang
nyata dengan masalah penelitian. Dengan adanya desain eksperimen ,maka
keyakinan akan diperoleh data yang cocok serta dapat dianalisa secara objektif
semakin bertambah, dan inferensi yang vailid terhadap populasi yang diinginkan
akan terjamin diperoleh. Karena desain eksperimen diperlukan untuk sedapat
mungkin memaksimumkan dan memperoleh keterangan-keterangan yang berhubungan
dengan masalah penelitian, maka desain eksperimen harus sederhana, efesien,
serta efektif, sesuai dengan waktu, uang, tenaga kerja serta material yang
digunakan dalam eksperimen tersebut. Ciri-ciri eksperimen yang baik adalah
sebagai berikut:
1.
Desain
yang baik dapat memaksimisasikan variance dari variabel-variabel yang berkaitan
dengan hipotesa yang ingin di uji, serta dapat meminisasikan variance dari
variabel penggangu serta variabel yang berada di luar penelitian. Hal tersebut
dapat dilaksanakan dengan adanya randomisasi terhadap perlakuan serta
replikasi.
2.
Desain
yang baik harus dapat menjawab dua pertanyaan pokok, yaitu validitas internal,
atau apakah manipulasi eksperimen memang benar-benar menimbulkan perbedaan, dan
kedua, validitas eksternal, atau sampai berapa jauh penemuan-penemuan
eksperimen cukup representatif untuk dibuat generalisasi pada kondisi yang
sejenis.
3.
Desain
yang baik, secara simultan dapat memberikan keterangan tentang efek variabel
perlakuan, variasi yang berkaitan dengan variabel yang digunakan untuk membuat
klasifikasi serta dapat diketahui interaksi antara kombinasi variabel bebas
dan/atau variabel-variabel yang digunakan untuk membuat klasifikasi tertentu.
Dengan adanya desain yang baik, maka
variabel-variabel yang relevan dapat dikontrol. Tetapi dengan adanya manipulasi
serta pengontrolan tersebut, kondisi menjadi artifisial. Jika metode eksperimen
ini dilakukan terhadap barang hidup, lebih-lebih manusia, maka
pembatasan-pembatasan artifisial ini merupakan kelemahan dari metode
eksperimen.
D.5. Jenis-jenis Metode Eksperimen
Eksperimen banyak ragamnya. Ada yang
dinamakan eksperimen absolut, dimana eksperimen digunakan untuk mengadakan
estimasi terhadap suatu set observasi dengan hasil yang mempunyai reliabilitas
yang tinggi. Dengan mengulang-ngulang eksperimen maka walaupun hasil pengamatan
tidak sama, tetapi dengan desain dan teknik yang sepadan. Di lain pihak ada
eksperimen yang dilakukan dengan mengadakan perbandingan. Ini dinamakan
eksperimen perbandingan (comparative experiment). Dalam hal ini, dilakukan
suatu eksperimen dengan membandingkan perlakuan-perlakuan dan membendingkan
pengaruh perlakuan-perlakuan tersebut terhadap satu populasi yang dipilih.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Penelitian adalah cara mendapatkan data yang dilakukan
secara sistematis yang bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran. Ada dua jenis
penelitian yakni penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. penelitian
kuantitatif terbagi lagi menjadi dua yakni penelitian eksperimen dan penelitian
non-ekseperimen. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang meneliti hubungan
sebab akibat dengan memanipulasikan satu atau lebih variabel pada satu (atau
lebih) kelompok eksperimental, dan membandingkan hasilnya dengan kelompok
kontrol yang tidak mengalami manipulasi.
B.
Saran
Saya menyadari
banyaknya kekurangan dalam penulisan makalah ini. Saya tetap berharap makalah
ini dapat memberikan manfaat yang positif bagi pembaca. Saya juga menerima
saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
_______.
10 pengertian dan tujuan penelitian menurut para ahli. Diakses pada 21 Agustus
di www.gurupendidikan.com
Kasmadi
& Sunairah. 2013. Panduan modern penelitian kuantitatif. Bandung: Alfabeta.
Setyosari,
P. 2010. Metode penelitian pendidikan dan pengembangan. Jakarta: Kencana.
Sugiyono.
2013. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. bandung: Alfabeta
trimakasih infonya...
BalasHapusizin copas ya min... sukses selalu...
ndak ngarati wak lah ni. baa caro e ro
BalasHapusterimaksih min artikelnya bermanfaat jangan lupa Kunjungi website kampus saya Deska Endriani di ISB Atmaluhur
BalasHapus