Kamis, 27 Agustus 2015

JENIS DAN PARADIGMA PENELITIAN

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering berhadapan atau menjumpai berbagai hal atau keadaan, objek-objek, benda-benda, peristiwa-peristiwa dan lain sebagainya. Kita menyaksikan segala hal yang ada di sekitar kita sehingga kita menjadi tahu dan mengetahui tentang seluk beluk hal tersebut. Segala hal ihwal yang ada di sekitar kita menjadi informasi atau pengetahuan dan bahan menjadi bagian dari pengalaman hidup kita. Begitupun dengan penelitian. Untuk mencari dan menemukan jawaban yang tepat dan sesuai, maka kita perlu mencarikan datanya. Data tersebut selanjutnya kita analisis, dan berdasarkan hasilnya analisis data itulah kita uji hipotesis yang telah diajukan.


Penelitian pada hakikatnya merupakan sebuah upaya untuk memprediksi, menemukan, atau memverifikasi  kebenaran. Agar tujuan tersebut dapat dicapai, setiap penelitian harus menggunakan pendekatan yang tepat, karena pendekatan yang digunakan dalam sebuah penelitian sangat menentukan keseluruhan langkah penelitian tersebut. Sehubungan dengan itu, sejak awal pelaksanaannya pendekatan setiap penelitian sudah harus ditentukan dengan jelas. Penentuan pendekatan yang akan digunakan sangat tergantung pada paradigma yang dianut peneliti. Makalah ini membahas konsep-konsep tentang paradigma penelitian sebagai landasan untuk memahami dua jenis pendekatan penelitian: kuantitatif dan kualitatif. Pembahasan diawali dengan mengetahui definisi penelitian, tujuan penelitian, jenis-jenis penelitian, mengemukakan beberapa definisi paradigm, dan menjelaskan tentang penelitian eksperimen.

B.     Rumusan Masalah
Adapun tumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1.      Apa definisi penelitian?
2.      Apa saja jenis penelitian?
3.      Apa yang dimaksud dengan paradigma penelitian?
4.      Apa yang dimaksud dengan penelitian eksperimen?

C.    Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini antara lain adalah:
1.      Untuk mengetahui pengertian penelitian
2.      Untuk mengetahui apa saja jenis penelitian
3.      Untuk mengetahui dan memahami tentang paradigm penelitian
4.      Untuk memahami penelitian eksperimen























BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi Penelitian
Menurut Sugiyono (2013:2) penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Penelitian adalah upaya pemecahan masalah yang dilakukan dengan metode ilmiah. Jadi tidak akan ada penelitian tanpa adanya masalah. Banyak pakar penelitian mengatakan bahwa "Jika ingin melakukan penelitian, temukan masalah terlebih dahulu. Karena dengan masalah 50% penelitian tersebut telah selesai". Dari pernyataan tersebut dapat diartikan masalah merupakan awal dari penelitian dan hal vital untuk penelitian. Setelah ditemukan masalah, selanjutnya dengan metodologi penelitian, masalah tersebut akan mudah diselesaikan.
Menurut Soekanto (www.gurupendidikan.com) penelitian adalah suatu kegitan ilmiah yang didasarkan kepada suatu analisis serta konstruksi yang dilakukan dengan secara sistematis, metodologis, dan juga konsisten serta bertujuan untuk dapat mengungkapkan kebenaran ialah sebagai salah satu manifestasi keinginan manusia untuk dapat mengetahui mengenai apa yang sdang dihadapinya.
Sedangkan menurut Parson (www.gurupendidikan.com) penelitian adalah sesuatu pencarian dari segala sesuatu yang dilakukan dengan sistematis, yang dengan penekanan bahwa pencariannya itu dilakukan pada suatu masalah-masalah yang bisa dipecahkan dengan penelitian.
            Berdasarkan definisi diatas, maka dapat disimpulakan bahwa penelitian adalah cara mendapatkan data yang dilakukan secara sistematis yang bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran.

B.     Paradigma Penelitian
Penyelesaian masalah penelitian pada tahap awal ditentukan paradigma dari peneliti. Paradigma merupakan suatu cara pandang, cara memahami, cara menginterpretasi, suatu kerangka berfikir, dasar keyakinan yang memberikan arahan pada tindakan. Dalam penyelesaian masalah, peneliti diharuskan melihat dari sudut pandang yang mampu dilakukan oleh peneliti tersebut.
Menurut Harmon (dalam Moleong, 2004: 49), paradigma adalah cara mendasar untuk mempersepsi, berpikir, menilai dan melakukan yang berkaitan dengan sesuatu secara khusus tentang realitas. Bogdan & Biklen (dalam Mackenzie & Knipe, 2006) menyatakan bahwa paradigma adalah kumpulan longgar dari sejumlah asumsi, konsep, atau proposisi yang berhubungan secara logis, yang mengarahkan cara berpikir dan penelitian. Sedangkan Baker (dalam Moleong, 2004: 49) mendefinisikan paradigma sebagai seperangkat aturan yang (1) membangun atau mendefinisikan  batas-batas; dan (2) menjelaskan bagaimana sesuatu harus dilakukan dalam batas-batas itu agar berhasil. Cohenn & Manion (dalam Mackenzie & Knipe, 2006) membatasi paradigma sebagai tujuan atau motif filsofis pelaksanaan suatu penelitian. Berdasarkan definisi definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa paradigma merupakan  seperangkat konsep, keyakinan, asumsi, nilai, metode, atau aturan  yang membentuk kerangka kerja pelaksanaan sebuah penelitian.
Berdasarkan paradigma yang dianutnya, seorang peneliti akan menggunakan salah satu dari tiga pendekatan yang diajukan Creswell (dalam Emzir, 2008: 9), yaitu: kuantitatif, kualitatif, dan metode gabungan. Menurut Emzir (2008: 9) perbedaan perbedaan yang terdapat dalam ketiga pendekatan ini dapat ditinjau melalui tiga elemen kerangka kerja, yaitu asumsi-asumsi psikologis tentang pembentuk tuntutan pengetahuan (knowledge claim), prosedur umum penelitian (strategies of inquiry) dan prosedur penjaringan dan analisis data serta pelaporan (research method). Creswell (dalam Emzir, 2008: 9) menggambarkan bagaimana ketiga elemen tersebut berpadu membentuk ketiga pendekatan penelitian pada gambar berikut.
Paradigma penelitian ada 2 macam, yaitu paradigma positivistik (ilmu didasarkan pada hukum-hukum & prosedur-prosedur yang baku) dan paradigma interpretif (setiap gejala bisa jadi memiliki makna yang berbeda). Paradigma positivistik akan melahirkan pendekatan kuantitatif (data berupa angka atau data diangkakan), sedangkan paradigma interpretif akan melahirkan pendekatan kualitatif (data berupa kata-kata).

C.    Jenis Penelitian
Jenis-jenis penelitian secara unmum terbagi atas dua, yakni penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Dimana kedua jenis penelitian tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhHJSPSNaU7409S1QXAHLf_5dv_1ChNre4Mk-FYOk0XBReg3OaIg4RykV8trljFncUTgelUQmGZEZkLmMaRXvxGHeAaoyJZEiQ1R23GgAOr0IR7f1YMCs_yRLqAh5Ao2fdfnIZeULBTEZs/s1600/Jenis.jpg
Gambar 2.1

C.1. Penelitian Kuantitatif
Landasan berpikir pendekatan kuantitatif adalah filsafat positivisme yang pertama kali diperkenalkan oleh Emile Durkhim (1964). Pandangan filsafat positivisme adalah bahwa tindakan-tindakan manusia terwujud dalam gejala-gejala sosial yang disebut fakta-fakta sosial. Fakta-fakta sosial tersebut harus dipelajari secara objektif, yaitu dengan memandangnya sebagai “benda,” seperti benda dalam ilmu pengetahuan alam. Caranya dengan melakukan observasi atau mengamati fakta sosial untuk melihat kecenderungan-kecenderungannya, menghubungkan dengan fakta-fakta sosial lainnya, dengan demikian kecenderungan-kecenderungan suatu fakta sosial tersebut dapat diidentifikasi. Penggunaan data kuantitatif diperlukan dalam analisis yang dapat dipertanggungjawabkan kesahihannya demi tercapainya ketepatan data dan ketepatan penggunaan model hubungan variabel bebas dan variabel tergantung (Suparlan, 1997).
Penelitian kuantitatif umumnya merupakan penelitian yang memiliki jumlah dalam penelitiannya. Banyak, sedikit atau besar, kecil yang dijabarkan dalam bentuk angka-angka yang merupakan bagian utama dari sebuah penelitian kuantitatif. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perkembangan atau segala hal tentang fenomena yang terjadi pada alam. Metode yang digunakan dalam penelitian ini biasanya menggunakan metode seperti wawancara, survey, mengisi kuisioner, dan sebagainya.
Penelitian kuantitatif tebagi dua yakni penelitian eksperimen dan non-eksperimen. Dalam penelitian eksperimen, ada banyak jenis penelitian, diantaranya adalah penelitian eksperimen murni, penelitian eksperimen semu, dan penelitian tindak kaji (action research). Peneltian eksperimen murni adalah penelitian yang dicirikan 4 hal, yaitu adanya perlakuan, adanya kelompok kontrol, adanya ukuran keberhasilan, dan random sampling (pengambilan sampel secara acak). Penelitian eksperimen semu merupakan penelitian eksperimen yang tidak dapat memenuhi keempat ciri (di eksperimen murni), dengan kata lain salah satu ciri yang ada di penelitian eksperimen murni tidak dapat dilakukan. Penelitian tindak kaji (action research) adalah penelitian yang proses penelitiannya bersiklus dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran di kelas secara berkelanjutan. Yang dimaksud bersiklus adalah penelitian tidak akan berhenti sampai terjadi perbaikan kualitas (tujuan penelitian tercapai).
Penelitian non-eksperimen merupakan penelitian yang dalam proses penelitiannya tidak ada perlakuan. Penelitian non-eksperimen terbagi menjadi banyak jenis penelitian, akan tetapi yang paling sering dilakukan adalah jenis penelitian deskriptif, jenis penelitian survei, jenis penelitian korelasi, dan jenis penelitian komparasi. Jenis penelitian deskripsi adalah penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan gejala, fenomena atau peristiwa. Jenis penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Jenis penelitian korelasi adalah penelitian yang menghubungkan satu/lebih variabel bebas dengan satu variabel terikat tanpa ada upaya untuk mempengaruhi. Dan jenis penelitian komparasi adalah penelitian yang membandingkan satu kelompok sampel dengan kelompok sampel lainnya berdasarkan variabel/ukuran tertentu.

C.2. Penelitian Kualitatif
Menurut Setyosari (2010:37) penelitian kualitatif menganut pandangan post-positivistik yang didasari dengan asumsi bahwa hal yang utama tentang fenomena sosial dikonstruksi sebagai interpretasi oleh individu-individu dan interpretasi tersebut cenderung bersifat tidak tetap dan situasional.
Penelitian kualitatif dilakukan untuk memahami suatu fenomena secara mendalam dengan peneliti sebagai instrumen utama. Metode pengumpulan data dengan menggunakan pengamatan (observasi) dan wawancara. Penelitian kualitatif menuntut peneliti sebagai instrumen utama penelitian, hal ini bermakna bahwa peneliti harus cerdas dalam menafsirkan, mengartikan, memaknai dan menginterpretasikan data yang didapatkan menjadi sebuah jawaban penelitian (penyelesaian masalah).

C.3. Perbedaan Penelitian Kuantitatif dan Penelitian Kualitatif
            Perbedaan antara penelitian kuantitatif dan kualitatif menurut Setyosari (2013: 38) dapat dilihat dari tabel berikut:
Penelitian Kuantitatif
Penelitian Kualitatif
Menganggap sebuah realitas sosial secara objektif
Menganggap sebuah realitas sosial dikonstruksi oleh partisipan yang terlibat didalamnya
Menganggap realitas sosial itu relative tetap terhadap waktu dan tempat
Menganggap realitas sosial dapat berubah sewaktu-waktu
Memandang hubungan sebab akibat antar fenomena sosial dari perspektif mekanistik
Menentukan manusia sebagai peran utama dalam hubungan sebab akibat fenomena sosial
Bertindak objektif

Terlibat dalam kancah penelitian
Penelitian Kuantitatif
Penelitian Kualitatif
Mengkaji populasi yang merepresentasikan populasi
Mengkaji kasus-kasus
Mengkaji perilaku dan fenomena yang dapat diamati
Mengkaji makna dibalik perilaku dan fenomena internal
Mengkaji perilaku manusia secara alami atau dirancang
Mengkaji tidak manusia dalam situasi alami
Menganalisis realita sosial dalam bentuk variabel
Melalukan pengamatan secara menyeluruh
Menggunakan konsep dan teori yang terbentuk sebelumnya
Menemukan konsep dan teori setelah data dikumpulkan
Menghasilakan data numerical untuk menyajikan lingkungan sosial
Menghasilakan data verbal dan gambar untuk merepresentasikan lingkungan sosial
Menggunakan metode statistic
Menggunakan induksi analitis untuk menganalisis data
Menggunakan prosedur inferensial untuk menggeneralisasikan temuan-temuan dari satu sampel kepada populasi
Menggeneralisasi temuan-temuan kasus dengan mencari kasus-kasus lain yang sama
Menyajikan laporan bersifat objektif tentang hasil penelitian
Menyajikan laporan bersifat interpretative yang dibangun dari pandangan peneliti terhadap data dan sadar bahwa pembaca akan membangun konstruksi mereka sendiri dari hasil laporan tersebut

Tabel 2.1



D.    Penelitian Eksperimen
D.1. Pengertian Eksperimen
Metode eksperimen ditujukan untuk meneliti hubungan sebab akibat dengan memanipulasikan satu atau lebih variabel pada satu (atau lebih) kelompok eksperimental, dan membandingkan hasilnya dengan kelompok kontrol yang tidak mengalami manipulasi. Manipulasi berarti mengubah secara sistematis sifat-sifat (nilai-nilai) variabel bebas. Setelah dimanipulasikan, variabel bebas itu biasanya disebut garapan (treatment).
Menurut Cohen Dkk (Setyosari. 2013: 41) dalam penelitian eksperimen peneliti memberikan perlakuan kepada subjek, sekelompok subjek, atau partisipan atau kondisi, alat dan bahan tertentu untuk menentukan apakah perlakuan tersebut memiliki dampak atau pengaruh pada variabel atau faktor hasil tertentu. Dalam dunia pendidikan, penelitian ekperimen murni dilakukan terhadap sekelompok subjek yang dipilih secara acak. Pemikirab subjek secara acak merupakan salah satu unsure  penting dalam penelitian eksperimen.

D.2. Tujuan Penelitian Eksperimen
Tujuan dari penelitian eksperimental adalah untuk menyelidiki ada-tidaknya hubungan sebab akibat serta berapa besar hubungan sebab akibat tersebut dengan cara memberikan perlakuan-perlakuan tertentu pada beberapa kelompok eksperimental dan menyediakan kontrol untuk perbandingan. Penelitian eksperimental dapat mengubah teori-teori yang telah usang. Percobaan-percobaan dilakukan untuk menguji hipotesa serta untuk menemukan hubungan-hubungan kausal yang baru. Tetapi, walaupun hipotesa telah diuji dengan metode percobaan, tetapi penerimaan itu atau penolakan hipotesa bukanlah merupakan penemuan suatu kebenaran yang mutlak. Eksperimentasi atau percobaan bukanlah merupakan titik akhir atau tujuan yang diinginkan dalam penelitian. Eksperimen hanya merupakan suatu cara untuk mencapai tujuan. Karena itu, maka seringkali ada kritik-kritik terhadap metode eksperimen karena interpretasi yang salah dari hasil percobaan, atau karena salahnya asumsi yang digunakan ataupun karena desain eksperimen yang kurang sempurna.

D.3. Langkah-langkah Eksperimen
Kempthorne (1962) memberikan langkah-langkah dalam merencanakan eksperimen sebagai berikut:
  1. Rumusan permasalahan.
  2. Formulasikan hipotesa.
  3. Pengaturan teknik serta desain eksperimen.
Penyelidikan atas kemungkinan-kemungkinan hasil yang diperoleh dari percobaan dan menghubungkan kembali kepada alasan-alasan mengapa percobaan harus dilakukan. Hal ini diperlukan untuk meyakinkan bahwa eksperimen-eksperimen yang akan dilakukan benar-benar akan memberikan keterangan-keterangan yang dikehendaki.
Memberikan pertimbangan-pertimbangan terhadap teknik dan prosedur statistik yang akan digunakan untuk meyakinkan bahwa kondisi yang diperlukan untuk menggunakan teknik di atas cukup valid dan dapat dipertanggungjawabkan.
  1. Laksanakan percobaan.
  2. Aplikasikan teknik statistik tehadap eksperimen tersebut.
Tarik kesimpulan dari estimasi-estimasi yang diperoleh serta dari tiap kuantitas yang diperoleh serta dari tiap kuantitas yang dievaluasikan dengan ukuran-ukuran reliabilitas yang lazim digunakan. Pertimbangan secara hati-hati validitas dari kesimpulan serta pada populasi mana kesimpulan tersebut ingin diinferensikan.
Berikan evaluasi terhadap seluruh penelitian dan bandingkan dengan eksperimen-eksperimen lain yang telah dilakukan dengan masalah yang serupa atau hampir serupa.

D.4. Desain Eksperimen
Desain eksperimen adalah step-step atau langkah yang utuh dan berurutan yang dibuat lebih dahulu sehingga keterangan yang ingin diperoleh dari eksperimen akan mempunyai hubungan yang nyata dengan masalah penelitian. Dengan adanya desain eksperimen ,maka keyakinan akan diperoleh data yang cocok serta dapat dianalisa secara objektif semakin bertambah, dan inferensi yang vailid terhadap populasi yang diinginkan akan terjamin diperoleh. Karena desain eksperimen diperlukan untuk sedapat mungkin memaksimumkan dan memperoleh keterangan-keterangan yang berhubungan dengan masalah penelitian, maka desain eksperimen harus sederhana, efesien, serta efektif, sesuai dengan waktu, uang, tenaga kerja serta material yang digunakan dalam eksperimen tersebut. Ciri-ciri eksperimen yang baik adalah sebagai berikut:
1.      Desain yang baik dapat memaksimisasikan variance dari variabel-variabel yang berkaitan dengan hipotesa yang ingin di uji, serta dapat meminisasikan variance dari variabel penggangu serta variabel yang berada di luar penelitian. Hal tersebut dapat dilaksanakan dengan adanya randomisasi terhadap perlakuan serta replikasi.
2.      Desain yang baik harus dapat menjawab dua pertanyaan pokok, yaitu validitas internal, atau apakah manipulasi eksperimen memang benar-benar menimbulkan perbedaan, dan kedua, validitas eksternal, atau sampai berapa jauh penemuan-penemuan eksperimen cukup representatif untuk dibuat generalisasi pada kondisi yang sejenis.
3.      Desain yang baik, secara simultan dapat memberikan keterangan tentang efek variabel perlakuan, variasi yang berkaitan dengan variabel yang digunakan untuk membuat klasifikasi serta dapat diketahui interaksi antara kombinasi variabel bebas dan/atau variabel-variabel yang digunakan untuk membuat klasifikasi tertentu.
Dengan adanya desain yang baik, maka variabel-variabel yang relevan dapat dikontrol. Tetapi dengan adanya manipulasi serta pengontrolan tersebut, kondisi menjadi artifisial. Jika metode eksperimen ini dilakukan terhadap barang hidup, lebih-lebih manusia, maka pembatasan-pembatasan artifisial ini merupakan kelemahan dari metode eksperimen.

D.5. Jenis-jenis Metode Eksperimen
Eksperimen banyak ragamnya. Ada yang dinamakan eksperimen absolut, dimana eksperimen digunakan untuk mengadakan estimasi terhadap suatu set observasi dengan hasil yang mempunyai reliabilitas yang tinggi. Dengan mengulang-ngulang eksperimen maka walaupun hasil pengamatan tidak sama, tetapi dengan desain dan teknik yang sepadan. Di lain pihak ada eksperimen yang dilakukan dengan mengadakan perbandingan. Ini dinamakan eksperimen perbandingan (comparative experiment). Dalam hal ini, dilakukan suatu eksperimen dengan membandingkan perlakuan-perlakuan dan membendingkan pengaruh perlakuan-perlakuan tersebut terhadap satu populasi yang dipilih.
























BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Penelitian adalah cara mendapatkan data yang dilakukan secara sistematis yang bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran. Ada dua jenis penelitian yakni penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. penelitian kuantitatif terbagi lagi menjadi dua yakni penelitian eksperimen dan penelitian non-ekseperimen. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang meneliti hubungan sebab akibat dengan memanipulasikan satu atau lebih variabel pada satu (atau lebih) kelompok eksperimental, dan membandingkan hasilnya dengan kelompok kontrol yang tidak mengalami manipulasi.

B.     Saran
Saya menyadari banyaknya kekurangan dalam penulisan makalah ini. Saya tetap berharap makalah ini dapat memberikan manfaat yang positif bagi pembaca. Saya juga menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.









DAFTAR PUSTAKA
_______. 10 pengertian dan tujuan penelitian menurut para ahli. Diakses pada 21 Agustus di www.gurupendidikan.com
Kasmadi & Sunairah. 2013. Panduan modern penelitian kuantitatif. Bandung: Alfabeta.
Setyosari, P. 2010. Metode penelitian pendidikan dan pengembangan. Jakarta: Kencana.
Sugiyono. 2013. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan  R&D. bandung: Alfabeta


3 komentar: